Sumpah Pemuda 2.0, Padukan Sejarah dan Kecanggihan Teknologi

JAKARTA - 28 Oktober 1928, ribuan pemuda memadati sebuah bangunan di jalan Kramat Raya 106 untuk membacakan Sumpah Pemuda. Apa jadinya jika era tersebut memiliki kecanggihan teknologi yang sama seperti saat ini?

82 tahun merupakan waktu yang cukup lama. Di era digital seperti saat ini nasionalisme dan rasa persatuan kembali dipertanyakan. Jejaring sosial dan layanan mikroblogging membuat orang malas beranjak dari tempat duduk dan lebih memilih berlama-lama di depan komputer dan mengenggam ponsel. Aksi mereka kebanyakan ditumpahkan dalam bentuk kata-kata di layar monitor dan jarang bertemu muka dengan sesama.

Tidak bisa dipungkiri, aksi sejarah yang penuh dengan nuansa perjuangan di masa lampau mulai dilupakan. Padahal peringatan hari bersejarah mampu membangkitkan semangat kesatuan, khususnya bagi para generasi digital, atau yang disebut dengan generasi 2.0.

Sebuah upaya untuk mengenang kembali masa sejarah itu pun diupayakan kembali oleh XL Axiata. Salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia itu memadukan teknologi digital dengan sebuah event sejarah yang mampu membangkitkan semangat cinta tanah air, yaitu Sumpah Pemuda. Mereka menyebutkan dengan Soempah Pemoeda 2.0.

"Era digital yang ditandai dengan munculnya berbagai media jejaring sosial yang sangat memasyarakat saat ini sebenarnya bisa lebih mendorong kembali semangat cinta tanah air serta mempersatukan langkah di antara generasi muda di seluruh penjuru negeri. Karena itu, bertepatan dengan peringatan Hari Soempah Pemoeda pada 28 Oktober 2010 nanti, XL akan mengajak masyarakat digital mengadopsi nilai-nilai kebangsaan dan prestasi untuk memotivasi bangsa untuk membuahkan prestasi, menuju Indonesia yang lebih baik," ujar Head of Corporate Communication XL Axiata, Febriati Nadira, di Jakarta, Rabu (27/10/2010).

Nantinya Soempah Pemoeda 2.0 ini akan memadukan semua jenis jejaring sosial populer di Indonesia untuk menyebarkan semangat Sumpah Pemuda, seperti semangat yang dirasakan pada 82 tahun lalu. Jejaring sosial tersebut adalah Twitter, Facebook, dan situs resmi Sumpah Pemuda.

Acara yang mengambil tema 'Semangat Satu Negeri di Era Digital' ini sejatinya telah dimulai sejak 18 Oktober lalu, berupa penyebaran informasi singkat mengenai fakta sejarah Sumpah Pemuda itu sendiri. Penyebaran informasi itu dibungkus semenarik mungkin, salah satunya melalui kuis, yang dilayangkan di Twitter akun @indberprestasi.

Namun begitu, pemupukan semangat nasionalisme ini tidak hanya terjadi di dunia maya. Sebuah diskusi mengenai arti sumpah pemuda pun akan dilaksanakan di dunia nyata, dengan tetap melibatkan komunitas internet yang akan secara aktif berkomentar di mikroblogging Twitter, tidak ketinggalan para blogger yang juga turut serta.

Turut meramaikan diskusi tersebut di antaranya adalah Sejarawan, Anhar Gonggong; Sosiolog dan pemerhati masalah sosial, Imam K Prasodjo; Entreprenuer, Adri Subono; serta praktisi dan penggiat sosial media, Iman Brotoseno; dan budayawan Jaya Suprana.

Agar bisa lebih mengenal Sumpah Pemuda dari dekat dan lebih merasakan semangat perjuangan yang terjadi 82 tahun lalu, XL Axiata pun akan membawa para pengguna internet 'berkeliling' ke Gedung Kebangkitan Nasional (Stovia) dan Museum Sumpah Pemuda, setelah sebelumnya dilakukan deklarasi Soempah Pemoeda 2.0, (srn)

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO